Selasa, 18 Agustus 2009

Terima Kasih, Hermes


Terima kasih, Hermes,

untuk jawabanMu atas doaku.

Kau berikanku kesempatan,

‘tuk bubuhkan

segores tinta hitam

di atas putihnya lembaran,

pertanda sah awal mula

jalanku sebagai karyawan.


Terima kasih, Hermes,

berbulan-bulan penantian

dituntaskan dengan kepastian

ku t’lah dapatkan pekerjaan.


Wahai Dewa pelindung perjalanan,

kehidupan publik dan perdagangan.

Bapa para pembicara dan persuasi,

Penguasa komunikasi dan transportasi.

Dewa pelindung dunia maya,

dunia beton dan gedung berkawat baja,

korespondensi dan interaksi massa.

Pemberi kecerdikan kepada petualang,

juga para pencuri, penjudi, dan pialang.


KarenaMu petaruh sejati jadi berani,

adu nasib, cari laba, hindari rugi,

adakan janji dan transaksi,

kejar prestasi dan beraksi,

dapatkan reaksi dan solusi.


KarenaMu kami mencari nafkah diri,

bekerja keras, membanting tulang setiap hari,

untuk makanan pokok kami,

yaitu nasi, gandum, maupun roti.


KarenaMu kehidupan ekonomi

tetap berjalan, modal tetap ditanam,

dan kami masih tetap berkarya,

serta mengurus rumah kami.


KarenaMu kami mampu

mengatur pemasukan dan pengeluaran,

tangkas mencari jalan ‘tuk lunasi hutang-hutang,

cerdik mencari jalan ‘tuk capai kekayaan.


Wahai Dewa yang ulung,

ajari aku fundamen terdasar dari ekonomi,

oikosnomos yang Kau ajari dulu di Yunani,

ilmu mengatur rumah tangga yang dimulai dari diri sendiri,

menjaga api Hestia agar tetap menyala,

yang artinya makanan selalu terhidang di meja,

supaya kami dapat mengucap syukur pada alam semesta,

dengan memberikan sedikit bagian dari konsumsi kami untuk Dewata,

karena kami telah mendapatkan berkat yang tak terhingga.


Karena itu semua, aku bersyukur, wahai Hermes,

Sang Pembawa Pesan dari Olympus,

yang sigap dan pekerja keras.


Ingatkan aku jika kusia-siakan pemberianMu,

tegurlah aku melalui Daimonku,

supaya Ia berikanku pelajaran berharga,

bahwa aku hanya manusia fana,

yang tak boleh biarkan sehari pun berlalu tanpa makna,

karena hidup cuma sekali saja.


Terima kasih, Hermes, padaMu kutujukan puisi ini,

kutuangkan air dan kubakar dupa yang wangi,

kukorbankan buah-buahan hasil bumi,

kupersembahkan sedikit hartaku serta puja-puji.

Khaire Theos...


Jakarta, Selasa, 23 Juni 2009

Kharis Androgynou


Bookmark and Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar